Hearing God’s Voice | Mendengarkan Suara Tuhan | Matius 7:24

Renungan bulanan Juni 2023

Renungan Gembala

Pdt. Dr. Ir. Evie Laksmi Widjaja, S. Th., M. Th.

man in red dress shirt and blue denim jeans


Matus 7 : 24 :”Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.”

Mendengar suara Tuhan itu penting untuk diri kita sendiri.Bagaimana kita mendengar suara-Nya ?Yang pertama miliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Pastikan bahwa engkau bisa membedakan suara-Nya, suara hatimu atau suara orang lain. Seperti hubungan kedekatan suami dan istri,orangtua dan anak, dimana suara mereka engkau mengenalnya.

Yang kedua, bacalah surat cinta Tuhan kepadamu, yaitu Alkitab. Apakah anda mempunyai waktu untuk merenungkannya dengan pelan-pelan, atau hanya membacanya sekilas pintas? Biasakanlah dengan mencatat, menggaris bawahi kata-kata yang diucapkan Tuhan. Itu akan menimbulkan pengertian yang dalam bagi diri kita.

Yang ketiga, punyailah jam-jam doa pribadi. Menyendiri ditempat tertentu secara konsisten. Mencatat pergumulan doamu, dan mencatat pula jawaban doa-doamu. Ketika suasana sepi, melatih pendengaran agar bisa menikmati keheningan didalam Tuhan. Salah satu cara mengenal Allah yang dapat kita rasakan ketika kita duduk berdiam di depan Alkitab. Juga buku-buku mengenai pembahasan Alkitab, mendengarkan Roh Kudus berbicara dalam tulisan-tulisan itu dan Roh Kudus akan melunakkan hati kita yang cenderung keras itu. “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar…” (Mazmur 19:2-4). Kita cenderung beribadah dengan suasana yang ramai, music yang keras, dan pengkotbah yang suaranya keras,lantang sedikit humor yang membuat orang tertawa. Suasana yang dianggap tidak membosankan, jika pengkotbah halus, lembut maka jemaat akan mengantuk.

Kita perlu belajar seni mendengarkan. Jika kita mengengarkan musik tidak perlu selalu mengeraskan volumenya. Yang diperlukan adalah keheningan jiwa ketika kita mendengarkan musik itu. Mendengarkan lawan bicara juga membutuhkan kesabaran, ketenangan jiwa. Bila kita tergesa-gesa, maka kita tidak akan menangkap esensi pembicaraan itu. Bahwa yang diperlukan dari pertemuan dengan seseorang bukan banyaknya pembicaraan, tetapi lebih kepada hubungan antar manusia, saling memperhatikan dan saling meresponi satu dengan yang lain, bukannya mengabaikan. Kita dapat merasakan dengan mata kita yang fokus, mendengarkan keluhannya,menanggapi kebutuhannya.Setiap manusia perlu untuk didengar. Begitu juga ketika kita berkomunikasi lewat doa kepada Allah dalam nama Yesus,tidak perlu kata-kata yang indah, tetapi berupa tindakan yang mendengarkan Allah yang sedang mendengarkan kita. Amin.

Pdt. Dr. Ir. Evie Laksmi Widjaja, S.Th., M.Th.