Hiduplah dalam Kasih | Efesus 5 : 1-2
Renungan bulanan Juli 2022
Renungan Gembala
Pdt. Dr. Ir. Evie Laksmi Widjaja, S. Th., M. Th.
Efesus 5 : 1-2
“Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.”
Setiap hari kita disuguhi kekerasan dalam rumah tangga, baik itu orang tua maupun anak serta masyarakat yang hidup tidak ada damai sejahtera. Melainkan saling memaki, saling berseteru seolah tidak menginginkan perdamaian.
Mereka menjadi ganas dan garang, suka berkelahi tidak suka yang baik. Itu sudah digambarkan dalam Alkitab, ada tertulis di dalamnya.
Hari ini kita boleh belajar bagaimana seharusnya kita hidup di dunia ini agar damai itu kita miliki. Jika kita membaca kembali Efesus 5 : 1-2, sudah sangat jelas bahwa yang pertama kita semua haruslah menjadi pribadi yang menurut kepada Allah. Pribadi yang mentaati Firman Tuhan. Ada petunjuk pelaksanaannya, jadi tidak bisa semau kita sendiri.Belajarlah kepada alam semesta ini, seandaikata tatasurya ini tidak taat pada perintah Allah untuk tetap pada orbitnya, entalah apa yang terjadi dengan manusia. Tentunya terjadi kebingungan. Dimana pagi menjadi siang, malam menjadi pagi daan seterusnya, wah bakal terjadi kekacauan.Bila kita mengalami hidup yang kacau pastilah dapat diketahui akan adanya ketidak taatan pada aturan yang sudah diberikan oleh Tuhan, Adam dan Hawa hidupnya menjadi kacau karena pelanggaran Firman Tuhan.
Kedua, hidup dalam Kasih Allah. Di dalam 1 Yohanes 5 : 3 “Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,”
Sekali lagi ayat ini berarti ketaatan, menurut bukan memberontak, bukan melawan. Firman yang diulangi itu menunjukkan bahwa hal itu penting.
1 Yohanes 4:10-12 “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorangpun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.”
Mungkin kita tidak mengenal kasih, karena hidup kita dalam kekerasan, inilah kasih itu :
1 Korintus 13:4-7 “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”
Mari kita semua mempraktekan Kasih itu, sehingga damai sejahtera yang melampaui segala akal menjaga hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Amin.
Pdt. Dr. Ir. Evie Lakmi Widjaja, S.Th., M.Th.